Saturday, April 21, 2012

Inti Dakwah

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ


Daulah Islam dan hukum Islam tidak akan tegak kecuali dengan jihad. Dan jihad akan bisa ditegakkan jika ada harakah Islam yang mendidik para pengikutnya dengan tarbiyah Islam. Sebelum mereka menegakkan hukum Allah di bumi, mereka harus bisa menegakkan hukum Allah dalam hati dan dada mereka terlebih dahulu. 

Sebelum mereka menerima amanah Allah dan syari’at-Nya untuk diterapkan dipermukaan bumi, mereka harus menjadi orang-orang yang dapat dipercaya terlebih dahulu. Mereka harus dapat dipercaya terhadap harta jama’ah yang ada ditangan mereka, terhadap para pemuda yang mereka bina dan mereka arahkan.

Sebelum diberi kepercayaan menjaga kehormatan jutaan kaum muslimat yang berada di bawah kekuasaan mereka, maka mereka harus terlebih dahulu menjadi orang-orang yang dapat dipercaya terhadap tetangga-tetangga (wanita) mereka. Mereka harus mentarbiyah diri mereka sendiri untuk menjaga kehormatan seluruh umat.

Jika mereka tidak mendapatkan tarbiyah seperti ini lebih dahulu, maka celakalah umat yang akan mereka pimpin nantinya. Meski mereka membawa nama Islam.

Jika kamu ingin menegakkan hukum Islam secara universal, sehingga manusia tunduk kepadanya, maka terlebih dahulu kamu harus melihat saudara-saudaramu yang ada di sekelilingmu dengan pandangan cinta, sayang dan simpati. Harus tertanam betul dalam hatimu bahwa orang yang ada disampingmu adalah haram darahnya, kehormatan dan hartanya.

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

“Setiap muslim terhadap muslim yang lain, haram darahnya, kehormatan dan hartanya”. (HR. Bukhari Muslim)



Dan hendaknya kamu tidak berprasangka padanya kecuali yang baik saja. Sebelum sampai pada tarbiyah ini, maka sungguh sangat berbahaya sekali mengangkat senjata terhadap musuh. Sebelum sampai pada marhalah yang mendasar ini, maka senjata yang telah diangkat itu akan berbahaya bagi pemegangnya. 


Dan berbahaya bagi umat, apabila senjata itu berhasil mencapai singgasana kekuasaan. Karena darah akan mudah mengalir, kehormatan akan diinjak-injak, harta benda akan dirampas, dan kekuasaan akan berganti dari tangan kaisar (baca: penguasa diktator) satu ke tangan kaisar yang lain. Hanya luarnya dipoles dengan syi’ar-syi’ar dan nama-nama Islam sehingga nampak seperti penguasa Islam.

Apabila saudaramu seperjuangan tidak aman atau selamat dari (sikap dengki) mu, padahal dia telah bertaruh nyawa sebagaimana kamu telah bertaruh nyawa, dan kalian berdua bertemu dalam satu perjuangan, sama-sama menghadapi penindasan, penyiksaan, pengusiran dan lain sebagainya. Apabila kehormatan dirinya tidak aman dari penginjak-injakan, apabila dagingnya tidak aman dari dimakan, apabila harta bendanya tidak aman dari perampasan, dan apabila kehormatannya tidak aman dari penghinaan dan pelecehan. Maka apa jadinya? 

Bagaimana besok kalian akan berbuat terhadap orang-orang Nasrani, orang-orang Yahudi dan orang-orang yang tunduk pada kekuasaan kalian? Bagaimana kalian akan bertindak terhadap orang-orang awam? Jika orang yang melangkah bersamamu (menegakkan agama Allah di muka bumi) sendiri tidak aman dari (sikap dengki) mu.

Engkau menyambut kedatangannya dan memeluknya kencang sehingga tulang rusuknya hampir lekat dengan tubuhmu. Tapi sedetik saja dia hilang dari pandanganmu, maka kamu memakan dagingnya dan merusak kehormatannya (dengan mengghibahnya). 

Islam macam apa ini? Islam apa yang hendak kamu tegakkan dalam kehidupan manusia? Agama apa yang kamu serukan itu? Bagaimana mungkin, jika sekelompok kecil yang ada saja tidak dapat hidup bersatu. Padahal minimal hak muslim yang harus dipenuhi adalah tidak menggunjingnya ketika dia tidak ada. 
Syari’at Islam dan manhaj (pedoman hidup) Islam mengajarkan kepada kita supaya memberi nasehat seseorang dihadapannya, supaya kita menjaga kehormatannya dibelakangnya (ketika dia tidak ada), bukan sebaliknya. 

Seperti ucapan Hudzaifah kepada Mu’ad bin Jabal:


“Sungguh engkau telah mendapati diri kita semua bersaudara luar dan dalam. Kemudian kita hidup pada suatu zaman, dimana kita melihat orang-orang yang lahirnya nampak bersaudara tetapi batinnya memendam permusuhan”.

Marhalah tarbiyah adalah marhalah yang paling penting dan mendasar dalam usaha menegakkan Daulah Islam. Dalam marhalah ini, Qa’idah Shalbah (maksudnya, kelompok inti dalam sebuah harakah) dibina dan digembleng. Qa’idah Shalbah inilah yang nantinya menjadi batu tumpuan bagi seluruh masyarakat Islam. Dan mereka merupakan thabaqah (tingkatan) As sabiqunal Awalun seperti thabaqah As sabiqunal Awalun dari golongan Muhajirin dan Anshar. Jumlah mereka memang sedikit, tetapi peranan mereka sangat besar.

Aku akan mencari hakku pada makhluk dan para tetua,
Berat kala bertemu dan ringan kala diseru,
Banyak ketika diserang dan sedikit ketika dihitung,


Berat sekali tubuh mereka apabila bertemu, yakni tidak mundur dalam peperangan. Dan ringan kala diseru, yakni segera datang memenuhi panggilan apabila ada seruan perang. Banyak jumlah mereka ketika musuh menyerang, tetapi jika dihitung jumlah mereka sedikit. 

Jadi yang kita cari sekarang adalah contoh dari lelaki perwira, sikap dan perbuatannya. Kita mencari contoh yang jarang didapat, sebagaimana sabda Rasulullah saw:

“Kalian dapati manusia seperti seratus ekor unta, tapi tak seekorpun yang layak dijadikan kendaraan”.

Seratus ekor unta, tapi tak seekorpun yang bisa dijadikan kendaraan. Padahal kita memerlukan kendaraan-kendaraan yang sanggup memikul cita-cita kaum muslimin di atas punggungnya. Kita memerlukan pedang tajam yang dapat membuka hati mereka. Kita memerlukan orang-orang yang terbolak balik di atas ranjangnya karena sedih melihat keadaan kaum muslimin; yang terlilit dalam kepedihan ketika melihat kehormatan wanita muslimat diinjak-injak di setiap tempat; yang sanggup memikul cita-cita dan amanah agama.

Saya tidak memahami makna hadits ini sampai saya hidup dalam jihad di Palestina dan di Afghanistan. Kalian dapati manusia seperti seratus ekor unta, tapi dalam jumlah seratus itu tidak ada seekorpun yang bisa dijadikan kendaraan.



Umar pernah berkata pada para sahabat: “Coba berangan-anganlah kalian”. 

Lalu ada diantara mereka yang berangan-angan bisa memiliki emas sepenuh rumah. 

Dan emas itu akan diinfakkan di jalan Allah. 


Lalu yang lain berangan-angan begini, dan yang lain lagi berangan-angan begitu.


Ketika mereka sudah mengemukakan angan-angannya, maka mereka ganti berkata pada Umar: 


“Wahai Amirul Mukminin, berangan-anganlah, 


Umar berkata: “Saya berangan-angan seandainya saya mempunyai laki-laki seperti Abu Ubaidah sepenuh rumah ini”. ‘


Rijal’ (lelaki), akan tetapi lelaki itu jumlahnya sedikit.







Sumber: Runtuhnya Khilafah Dan Jalan Menegakkannya

-Syeikh Abdullah Azzam rahimahullah