Tuesday, February 14, 2012

Perkongsian: Agar kita kembali kepada kebenaran

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ




Dari Amr bin ‘Auf r.a, Rasulullah s.a.w bersabda,
“Demi Allah. Bukanlah kemiskinan yang aku khuatirkan menimpa kalian. Akan tetapi aku khuatir ketika dibukakan kepada kalian dunia(kemewahan) sebagaimana telah dibukakan bagi orang-orang sebelum kalian. Kemudian kalian pun berlumba-lumba dalam mendapatkannya sebagaimana orang-orang yang terdahulu itu. Sehingga hal itu membuat kalian menjadi binasa sebagaimana mereka dibinasakan olehnya.”
(HR Bukhari dan Muslim)

apabila manusia menjadi hamba kepada duit
-gambar hiasan-


Kemewahan yang dibimbangkan Rasulullah SAW di akhir zaman kini terlihat di mana-mana saja, saling berlumba-lumba untuk menjadikan kemewahan itu terlihat pada diri sesetengah individu untuk menyaingi individu lain.

Perhatikan,
betapa ramai manusia yang memiliki kenderaan yang pada mulanya nampak biasa-biasa saja, kemudian "modified" supaya lebih bergaya, cool, hebat dan sebagainya.

gambar hiasan

perhatikan pula,
betapa ramai manusia yang berlumba-lumba memiliki rumah semewah mungkin demi kepuasan peribadi.




perhatikan lagi,
betapa ramai manusia yang terdiri dari pelbagai lapisan usia berfesyen bukan main lagi gayanya.
sudah tidak kisah soal harga, yang penting bergaya,mewah dan menarik perhatian.


dan bermacam ragam lagi realiti umat manusia kini dalam mengejar kemewahan yang bila-bila masa saja akan dilenyapkan dengan seizin Allah Azza wa Jalla..

persoalannya,
apakah mereka di atas akan puas?

saya dengar kalian mengatakan, " sudah tentu takkan puas."

begitulah jadinya bila sunnah yahudi menjadi sebati dalam diri..

"Dan sungguh kamu akan mendapati mereka(orang-orang yahudi), manusia yang paling tamak kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih tamak lagi) dari orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya daripada siksa. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan."
[QS;2:96]

wahai saudara dan saudari seIslamku,

apakah kita lupa kehidupan suri teladan kita, Muhammad bin Abdullah SAW?

***
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata: Aku pernah masuk menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
pada saat beliau berada di atas tempat tidurnya berselimutkan sebuah kain tenunan yang sempit, dan di bawah kepalanya terdapat bantal dari kulit yang berisi serabut.  Kemudian sekelompok orang datang menemui beliau, dan Umar juga masuk menemuinya. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun membalikkan badannya, sehingga Umar tidak melihat kain yang berada di antara sisi beliau shallallahu ‘alaihi wasallam dan kain selimut. Dan kain selimut tersebut telah membuat bekas di pinggang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, maka Umar pun menangis. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadanya:

“Apa yang telah membuatmu menangis, wahai Umar?” 

Umar menjawab: 
“Demi Allah, tidak ada wahai Rasulullah, hanya saja aku mengetahui bahwa engkau adalah orang yang paling mulia di sisi Allah ‘Azza wa Jalla dari Kisra Persia dan Kaisar Romawi. Keduanya selalu bermain-main di dunia ini, sedangkan engkau wahai Rasulullah, berada di tempat yang aku lihat (seperti ini).” 

Nabi pun berkata: 
“Apakah engkau tidak rela, kalau dunia ini bagi mereka dan akhirat bagi kita?” Umar menjawab: “Tentu saja, (wahai Rasulullah).” Beliau berkata: “Sesungguhnya itu memang demikian."

HR. Ahmad 3/139, dan Ibnu Hibban dalam Shahihnya 6362.

***

Kita hari ini bagaimana?
Begitulah contoh yang Rasulullah SAW terapkan kepada umat Islam agar jangan sesekali terpedaya dengan kemewahan dunia kerana ia tidak lain melalaikan manusia dari mengingati akhirat yang abadi.

Pernahkah kita terfikir?
Sudah bermacam nikmat dunia yang Allah SWT kurniakan kepada kita sekalipun kita memaksiati Allah SWT dan jauh sekali untuk mencontohi keperibadian Rasulullah SAW,namun Allah SWT tetap memberikan kita kehidupan dan kenikmatan yang tak putus-putus…

Kita masih lagi mampu menyuapkan makanan ke dalam mulut,
Kita masih lagi mampu berjalan ke kuliah atau ke tempat kerja,
Kita masih mampu untuk berbuat apa saja..

Tetapi apakah semua itu berkat daripada Allah SWT ke atas diri kita atau ia adalah istidraj?!
Sebagaimana orang-orang yang kafir kepada Allah SWT lantas disibukkan dengan urusan dunia sehingga akhirnya mereka dibinasakan tanpa mereka menyedari hakikat itu.

Maka apakah kita turut tergolong?

“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka secara tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.”
[QS; al An’am(6): 44]

Berapa kali kita bermakisat kepada Allah SWT, tetapi Allah SWT tetap saja mengurniakan rezeki ke atas kita, berapa kerap kita menolak apabila diajak untuk berinfak harta,tenaga bahkan nyawa kita untuk Islam tetapi  tetap jua Allah SWT yang maha pemurah memberikan kehidupan kepada kita.


Tidak ada manusia yang ingin dibinasakan tatkala gembira dengan segala kesenangan yang melingkarinya..
Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan membiarkan mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui
[QS;Al ‘Araf( 7):182]

Maha suci Allah.

Allah SWT telah mengggerakkan hati para dai’e untuk menyampaikan peringatan kepada seluruh umat manusia agar kita kembali menyembah hanya Allah SWT.

Baik buruk ujian yang menimpa kita, jatuh bangunnya kita agar kita kembali mentaati Allah SWT.
Kembali memperbaiki diri, meningkatkan kualiti ibadah, memahami Islam sebagai cahaya yang membimbing hidup ini kemudian mendakwahkannya sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW.

Sungguh Allah SWT maha merencana kehidupan kita.

gambar hiasan

Dan Kami bagi-bagi mereka di dunia ini menjadi beberapa golongan; di antaranya ada orang-orang yang soleh dan di antaranya ada yang tidak demikian.
Dan Kami uji mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran).
[QS; Al ‘Araf(7): 168]

No comments:

Post a Comment