بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
Matahari memanggang Madinah, di Isnin siang
menjelang Zohor saat Bilal RA bergegas menuju masjid untuk mengumandangkan
azan.Inilah kali pertama ia harus menyerukan panggilan solat tanpa kehadiran
Rasulullah SAW yang telah wafat pada pagi hari.
Kesedihan begitu jelas tampak di wajah
Bilal RA.Kulitnya yang hitam legam tak bisa menyembunyikan rasa dukanya yang
mendalam.
Namun,ia harus tegar.Ia harus tetap
mengumandangkan azan.Meski Rasulullah SAW telah tiada.
Bilal RA berdiri tegak.Tangannya diangkat
menutup telinganya.Sesaat ia terdiam. Mulutnya terkatup rapat.
Bilal RA
berusaha menenangkan diri.Sekuat tenaga ia berusaha melupakan kewafatan Nabi
SAW.Perlahan mulutnya mulai dibuka. Kedua bibirnya bergerak. Azan
berkumandang.Suara Bilal RA masih terdengar lantang.
“Allahu Akbar..Allahu Akbar…Asyhaduanla
ilaha illa Allah…Asyhaduanla ilaha illa Allah…"
Ketika sampai pada kalimat Asyhadu anna
Muhammadar Rasulullah….lehernya terasa tercekik.Lidahnya terkelu.Mulutnya
terasa berat digerakkan. Kalimat itu begitu sulit diucapkan.
Bilal RA berupaya agar kalimat itu keluar
dari mulutnya,tetap tetap tidak bisa. Di matanya terbayang Rasulullah SAW yang
terbujur kaku di penjuru kamar Aisyah RA. Bayangan itu seolah menari-nari di
pelupuk matanya. Sosok tubuh tersebut berada tak jauh dari tempat ia
mengumandangkan azan.
Susah payah Bilal RA menggerakkan mulutnya
hingga akhirnya kalimat itu terucap juga, tetapi suaranya tidak lantang. Suara
Bilal RA tertahan.Serak.Tersekat.Bilal RA tak kuasa membendung air matanya.
Seperti rintik hujan yang kian lama bertambah deras, begitu pula air mata Bilal
RA.
Kaum Muslim di penjuru Madinah mendengar
suara itu. Mereka seolah merasakan apa yang dialami Bilal RA. Mereka tenggelam
dalam kesyahduan. Inilah kali pertama mereka mendengar Bilal RA mengumandangkan
azan tanpa ada Rasulullah SAW.
Setelah peristiwa itu, Bilal RA tak lagi
azan. Ia pergi ke Syam selama beberapa tahun lamanya. Sejak itu, kaum Muslim di
Madinah tidak lagi mendengar kumandang azan Bilal RA. Ia pergi mengikuti jejak
orang yang dicintainya: Rasulullah SAW.
Azan Bilal RA baru kembali terdengar saat
Umar bin Khatthab RA diserahkan kunci Palestina setelah berhasil
menaklukkannya. Kaum Muslim terharu begitu mendengar suara Bilal RA.
Mereka teringat dengan masa-masa ketika
Rasulullah SAW masih hidup.
petikan buku: The Great Story of Muhammad SAW[Maghfirah Pustaka;m/s 587]
No comments:
Post a Comment